Oleh : dr achmad budi karyono
Kalau kita mengamati beberapa siaran TV, terlihat visualisasi kecil dengan gerak tangan dan ekspresi wajah. Hal inilah salah satu bentuk komunikasi khususnya informasi berita yang disajikan pada komunitas tertentu. Cara ini merupakan pemenuhan hak asasi manusia.
Hari ini 23 September ditetapkan sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional. Pada tahun 2025 ini memilih tema ‘No Human Rights Without Sign Language Rights’ atau ‘Tidak Ada Hak Asasi Manusia Tanpa Hak Bahasa Isyarat’.
Dengan menghadirkan pemandu bahasa isyarat, berarti memenuhi hak asasi manusia. Selain itu merupakan sebuah pengakuan hukum bahasa isyarat nasional, akses informasi yang setara dalam bahasa isyarat, serta dukungan terhadap pendidikan multi bahasa yang inklusif bagi penyandang tuna rungu.
Tidak banyak atau cukup langka, orang yang bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Guru yang mengajar pun juga sangat terbatas. Padahal hal ini merupakan pemenuhan kewajiban dan sebuah hak asasi manusia. Dan hanya orang tertentu pula yang bisa melakukan bahasa ini.
Namun ada salah satu brand name kuliner waralaba di negeri ini, yang mempekerjakan anak muda tuna rungu sebagai karyawannya, hampir semua. Justru hanya beberapa bagian tertentu yang tidak tuna rungu.
Di momen yang baik ini, kita harus meningkatkan kepedulian terhadap rekan kita pengguna bahasa isyarat dan tidak membedakan, sebagai bagian dari masyarakat serta komunitas kita semua. Kita berikan kesempatan yang sama pada mereka, yang setara dan sesuai dalam kehidupan keseharian bermasyarakat.
Dan sesungguhnya di era sosmed ini, masyarakat dumay kita sudah sering berkomunikasi dengan bahasa isyarat, walau bukan bahasa isyarat yang resmi. Kita sering mengirim atau membalas pesan hanya dengan emoticon. Atau kita sering berkomunikasi dan berbalas dengan mengirim stiker, yang bisa mewakili pesan kita.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
No comments:
Post a Comment